Jumat, 20 November 2015

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Ir. Soekarno atau yang juga kerap disapa Bung Karno merupakan Presiden pertama Republik Indonesia. Ia juga  yang pertama kali mencetuskan konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Ideologi Pancasila tidak lahir begitu saja. Pancasila lahir saat Soekarno sedang duduk di sekitar pohon sukun yang menghadap ke laut Flores. Pohon sukun itu berbatang lima. Inilah yang menjadi ilham bagi lahirnya lima butir Pancasila. Berjalannya waktu, pohon sukun tersebut kini sudah mati. Karena Pemerintah Daerah Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur menyadari bahwa keberadaan pohon sukun tersebut sarat akan sejarah, ditanamlah bibit pohon sukun baru yang letaknya persis sama dengan pohon sukun berbatang lima terdahulu, untuk mengenang keberadaan Soekarno di Ende.

Soekarno saat itu berada di Ende, karena ia diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia menjadi tahanan politik dari tahun 1934 hingga 1938. Di sana ia tidak punya rumah, sehingga tinggal di rumah milik Abdullah Ambuwaru. Lokasinya tak jauh dari keberadaan pohon sukun tersebut, tepatnya di jalan Perwira, kota Ende. Rumah ini menghadap timur ke pelabuhan Ende. Luas bangunannya 9 x 18 meter persegi dan memiliki tiga kamar yang berderet di sisi kanannya. Di belakang rumah ini juga ada sebuah ruangan yang sering digunakan Bung Karno untuk shalat dan bermeditasi serta sumur tua. Rumah yang dibangun pada tahun 1927 ini pun sejak tahun 1954 telah resmi menjadi museum. Karena merupakan rumah pengasingan bung Karno yang sarat sejarah, rumah ini pun banyak dikunjungi turis lokal maupun mancanegara.

Memasuki rumah pengasingan Bung Karno,Anda diwajibkan mengisi buku tamu dan membayar tiket sebesar Rp2.500. Melewati pintu berdaun ganda, anda akan masuk ke dalam ruang tamu. Di ruang tamunya terdapat kursi rotan dan satu meja bundar yang biasa Bung Karno gunakan untuk menjamu tamunya. Di dinding rumah ini terpajang beberapa foto Bung Karno bersama keluarga dan teman-temannya serta tergantung lukisan sosok Soekarno karya Affandi. Ada pula lukisan Pura Bali yang dibuat Bung Karno tahun 1935. Lukisan tangan Bung Karno ini adalah bentuk rasa hormat Bung Karno kepada ibunya yang berasal dari Bali. Dalam lukisan pura dengan atap miring itu ada empat orang sedang berdoa terdiri dari pemeluk Islam, Kristen, Hindu dan Buddha. Penggambaran ini menyiratkan masyarakat Indonesia berbeda agama, namun tetap hidup rukun. Di rumah ini juga terdapat lemari kaca. Didalamnya ada dua tongkat kayu yang biasa dibawa Bung Karno. Tongkat tersebut digunakan Bung Karno apabila bertemu dengan Pemerintah Hindia Belanda. Selain itu juga tersimpan naskah tonil karya Bung Karno. Selama di Ende, Bung Karno menghasilkan 13 naskah tonil. Naskah-naskah tonil tersebut digunakan Bung Karno untuk mengobarkan semangat rakyat untuk merebut kemerdekaan.

Selama di Ende., Bung Karno dipantau terus pergerakannya olehBelanda, tiap jam 7 pagi sebelum melakukan kegiatan ia harus melapor ke markas Belanda. Ia juga tidak boleh pergi dalam radius 8 kilometer. Selain melukis, dan membuat naskah-naskah tonil, Bung Karno mengisi waktunya dengan merenung dibawah pohon sukun. Pohon sukun ini terletak di lapangan yang kini telah menjadi taman bernama taman Pancasila. Tempat ini menghadap Teluk Sawu dengan lautnya yang tenang dan dikelilingi bukit-bukit hijau. Dari perenungannya, selain mendapat gagasan tentang Pancasila, Bung Karno menyadari bahwa semangat untuk meraih kemerdekaan tidak bisa berhenti dan tak bisa lepas dari kehendak semesta.

SUMBER: http://voi.rri.co.id/voi/post/berita/187724/pesona_indonesia/rumah_pengasingan_bung_karno_di_ende.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Shofi's Plaven Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang