Selasa, 15 Desember 2015

Boleh jadi....

Bukankah 1 meter sudah cukup jauh jika kau tidak memerhatikanku? Lalu, bagaimana mungkin kau merasa aku mengajakmu bicara jika sebenarnya tidak? Apalagi, dengan jarak yang jauh, sangat jauh dari 1meter.
Itu berarti.............
Jangan kau jawab. Biarkan aku menyimpulkannya sendiri.
Kau sedang kebetulan melirik ke arahku. Atau boleh jadi, isyaratku kepada temanku yang berlebihan hingga menarik perhatianmu?
Sepertinya dugaan pertama yang lebih melegakan.
Bukankah semua orang yang sedang jatuh cinta, memang selalu menduga-duga? Boleh jadi ini, boleh jadi itu.

Senin, 14 Desember 2015

Pagi itu.

Pagi itu, kau berdiri tepat angka 2 dariku. Terhalang  6 kepala yang membentuk sudut 90 derajat. Kau mematung. Menyimak pembicaraan pria yang berbicara lantang di hadapan semua manusia berseragam itu. Sedangkan aku? Tidak. Aku tidak berani menatapmu. Aku pun sama --maksudku, berpura-pura-- menyimaknya juga.
Meskipun menyenangkan memiliki sedikit jarak, nyatanya aku lebih menyukai jika aku tidak difasilitasi melihatmu dengan mudah. Terlebih, di tempat ramai. Kenapa? Karena jika dengan sembrono aku melirikmu, sama saja dengan cuma-cuma aku menyiarkan kepada siapapun yang menangkap tingkahku jika kau yang ku bicarakan selama ini, adalah kau.
Tentu, aku tidak se-sinting itu.
Ribuan detik aku tidak berani menoleh, bahkan melirik ke arahmu. Jadilah, leherku pegal. Tapi, tetap saja aku tidak mampu menahan rasa senang yang kurasakan. Sesekali, --atau mungkin berkali-kali-- aku tertawa sendiri.
"Kau kenapa?" Tanya kawanku.
"Tidak, hanya geli saja." Dalihku.
Sampai akhirnya, kau mundur tiga langkah ke belakang. Bertukar posisi dengan temanmu. "Panas" katamu. Ah, aku lega. Terimakasih matahari. Aku bebas bertolah-toleh ke arah manapun. Melirikmu dengan dugaan aman, tidak seperti sebelumnya.

Senin, 07 Desember 2015

Yo.

Untuk kali pertama, aku tidak ingin masa-masa melelahkan seperti perjuangan akhir semester segera berakhir. Kau tahu sendiri apa alasannya. Sepekan terakhir, aku mudah sekali mencuri pandang. Sebenarnya tak hanya itu. Ada beberapa hal lain yang tidak aku ceritakan. Atau mungkin, belum aku ceritakan.
Kau tahu? Dalam suasana ramai, ketika semua orang sedang berkumpul dan belajar, duduk di lantai dekat tangga atau di kursi depan kelas, aku selalu mudah menemukanmu. Tapi, yang aku bilang mencuri pandang, tidak selalu aku sendiri yang lakukan. Karena, meskipun mudah dan aku tahu itu menyenangkan, tetap saja aku takut tertangkap sedang melirikmu. Jadi, temanku lah yang melirikmu untukku. Tidak apa kan?
Terlalu serakah mencuri pandang, sebenarnya membuatku takut. Bukan hanya takut membuatmu tahu, tapi aku lebih takut kepada Sang Pencipta yang sudah jelas-jelas melarang hambanya melakukan hal seperti itu kepada seseorang yang bukan mahramnya. Ini aku serius. Meskipun sepele, tapi tetap saja itu tidak boleh. Dan yang lebih aku takutkan lagi, aku tahu jika hal itu dilarang, tapi aku tetap saja melakukannya.
 

Shofi's Plaven Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang